Belajar di rumah, efektif ngga sih?
Awal tahun 2020 ini kita dikejutkan dengan berbagai fenomena bencana alam, dan yang paling membuat seluruh dunia gempar ialah mengenai virus korona yang bernama Covid19. Bermula dari China, virus ini menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan krisis yang diprediksi akan sampai akhir tahun 2020. Indonesia merupakan salah satu negara yang kena dampak dari virus ini. Adanya program physical distancing menyebabkan sebagian besar kegiatan dilakukan di rumah. Salah satunya adalah sekolah dan kuliah.
Meskipun anak-anak dibiarkan di rumah saja, bukan berarti ini liburan. Setiap harinya guru memberikan tugas sesuai dengan jadwal pelajaran. Hanya saja, karena hal ini dilakukan secara daring beberapa orang tua yang gaptek kebingungan. Selain itu, kebanyakan tugas yang diberikan guru minim penjelasan. Sehingga terpaksa orang tua lah yang harus menjelaskan ke anak. Nah sekarang kalau bisa menjelaskan berarti orang tua paham kan dengan materinya, masalahnya tidak semua orang tua paham dengan materi tersebut. Mau tidak mau orang tua harus meluangkan waktunya untuk ikut belajar. Di sisi lain orang tua juga perlu bekerja untuk mencari pemasukan. Meski adanya program work from home atau wfh, tapi hal tersebut tidak meringankan beban tugas dari kantor bahkan kadang jam kerja lebih tidak beraturan.
Belum lagi kalau anak tantrum dan tidak mau nurut. Pekerjaan orang tua jadi dobel - dobel menangani situasi ini. Sempat ramai kemarin beberapa ibu-ibu yang protes dan marah ke pihak sekolah. Menyalahkan sistem ini karena lelah dan sudah hilang akal. Memang benar, kalimat yang terucap tidaklah sopan. Namun apa salah jika orang tua mengeluh?
Beberapa orang tua lain beranggapan bahwa itu berlebihan. Mereka merasa mengapa orang tuanya sendiri tidak bisa menangani anaknya. Bahkan sampai timbul kalimat "kalau ngga bisa nangani kondisi ini brarti mereka ngga siap buat punya anak". Terdengar masuk akal sih, kalau kita punya anak harusnya udah siap dengan segala resiko yang ada.
Tapi kembali lagi, kita tidak bisa mengukur ukuran kaki orang dengan sepatu kita. Kalau menurut teman-teman gimana? belajar di rumah efektif atau tidak?
Belum lagi kalau anak tantrum dan tidak mau nurut. Pekerjaan orang tua jadi dobel - dobel menangani situasi ini. Sempat ramai kemarin beberapa ibu-ibu yang protes dan marah ke pihak sekolah. Menyalahkan sistem ini karena lelah dan sudah hilang akal. Memang benar, kalimat yang terucap tidaklah sopan. Namun apa salah jika orang tua mengeluh?
Beberapa orang tua lain beranggapan bahwa itu berlebihan. Mereka merasa mengapa orang tuanya sendiri tidak bisa menangani anaknya. Bahkan sampai timbul kalimat "kalau ngga bisa nangani kondisi ini brarti mereka ngga siap buat punya anak". Terdengar masuk akal sih, kalau kita punya anak harusnya udah siap dengan segala resiko yang ada.
Tapi kembali lagi, kita tidak bisa mengukur ukuran kaki orang dengan sepatu kita. Kalau menurut teman-teman gimana? belajar di rumah efektif atau tidak?
Comments
Post a Comment